Assalaamu'alaikum warohmatulloohi wabarokaatuh.
Apakah mama pernah mendengar istilah stunting? Stunting adalah masalah kurang gizi kronis pada anak yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama. Sayangnya, stunting masih menjadi isu seksi di negara Indonesia. Menurut Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2019, stunting meningkat secara cepat pada usia 6-23 bulan. Jangan di daerah terpencil, stunting juga kerap terjadi di daerah perktoaan seperti Jakarta.
Apa penyebab, gejala, dan pencegahan stunting? Yuk, baca lanjut tulisan ku dari Webinar Hari Gizi Nasional bersama Kementerian Republik Indonesia, Kamis (3/2/2022), dengan tema kegiatan "Cegah Stunting Selalu Penting", yang dihadiri oleh Ida Rachmawati, isteri Budi Gunadi SAdikin (Menteri KEsehatan RI), Sri Sukotjo (Nutrition Specialist - UNICEF Indonesia), AndriyaniWagiyanto, Head of Nutrition and Health PT Unilever Indonesia, dan Fransisca Wulandari (Grants Manager - Tanoto Foundation).
Stunting: Pengertian, Gejala, dan Penyebab
Tahukah mama bila kebutuhan gizi anak di dua tahun pertama kehidupannya sangatlah banyak? Periode yang terkenal dengan periode emas ini adalah masa pertumbuhan pesat di mana pertumbuhan otak meningkat hingga 75% ukuran otak dewasa, lebih dari 1 juta koneksi saraf dibentuk setiap detik, berat badan meningkat 4x lipat, dan tinggi badan meningkat hingga 75%.
Sementara itu, tidak hanya di Indonesia, data global pun menunjukkan stunting meningkat secara cepat pada usia 6-23 bulan di era pandemi ini (sumber: UNICEF/WHO/World Bank Joint Child Malnutrition Estimates Expanded Database: Stunting [survey estimates], 2021, New York).
Pada anak stunting, wajah mereka tampak lebih muda dari usianya, pertumbuhan melambat, performa buruk pada tes dan memori belajar. Stunting mengakibatkan terganggunya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak (pertumbuhan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya, hingga risiko terkena penyakit infeksi, obesitas, diabetes, kanker yang lebih tinggi di kehidupan mendatang.
Apa yang menyebabkan stunting pada anak usia dini? Kekurangan gizi dalam waktu yang lama (1000 hari di kehidupan pertama -- sejak janin dalam kandungan) menjadi penyebab utamanya. Lainnya, ada pula akibat kelainan hormon, kehamilan remaja, dan infeksi pada ibu hamil.
Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA) Sebagai Upaya Pencegahan Stunting
Apakah stunting bisa dicegah? Tentu bisa! Stunting tidak terjadi secara tiba-tiba. Ada akumulasi periode hingga terjadi stunting. Oleh karenanya sebelum hal itu terjadi, kita bisa mencegahnya, bahkan sejak sang ibu dinyatakan hamil. Saat dinyatakan hamil, seorang ibu harus memerhatikan setiap makanan yang masuk ke dalam tubuhnya. Begitu bayi lahir, orang tua harus memberhatikan pemberian makan pada bayi dan anak (PMBA).
Masih bayi kok dikasih makan? Tenang, Ma! Pemberian makan pada bayi dan anak (PMBA) di sini maksudnya air susu ibu (ASI). Pemberian ASI dimulai dari kegiatan inisiasi menyusui dini (IMD) pada bayi baru lahir. Lalu, dilanjut dengan ASI Ekslusif selama 6 bulan pertama.
Trend menarik selama pandemi dari penjelasan Sri Sukotjo (Nutrition Specialist - UNICEF Indonesia) menunjukkan, ada penurunan pemberian ASI selama pandemi. Hal ini dikarenakan rendahnya keterpaparan informasi ibu menyusui tentang ASI dan peredaran hoax yang masif hingga membuat seorang ibu ragu memberikan ASI pada anaknya. Sebagaimana yang kita tahu, ASI adalah makanan yang paling ideal untuk bayi.
Apakah setelah 6 bulan, pemberian ASI dihentikan? Tentu tidak. ASI tetap diberikan ke bayi sesuai porsinya setelah 6 bulan pertama hingga tahun kedua kehidupan. Mengapa sesuai porsinya? Karena makin lama kebutuhan ASI pada anak akan berkurang secara alamiah, dibantu dengan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI).
Pemberian MP-ASI pun tidak sembarangan. Makanan MP-ASI yang baik adalah makanan yang beraneka ragam serta rendah gula, garam, dan lemak. Tantangan yang terjadi di Indonesia justru sebaliknya. Pada akhirnya, ketidak tepatan pemberian MP-ASI juga turut menyumbang peningkatan stunting pada anak.
Peran Swasta dan Industri dalam Mencegah Stunting
Masalah gizi termasuk persoalan yang pelik karena terkait dengan akses informasi dan ekonomi. Pemerintah berkolaborasi dengan pihak swasta dan industri untuk mempercepat program perbaikan gizi di Indonesia. Dalam Webinar Hari Gizi Nasional Ke-62 lalu, Kemenkes menggandeng PT Unilever Indonesia (diwakili oleh AndriyaniWagiyanto - Head of Nutrition and Health) dan Tanoto Foundation (diwakili oleh Fransisca Wulandari - Grants Manager) sebagai pihak swasta dan industri yang telah sejak lama memiliki program kepedulian terhadap masyarakat (CSR) di bidang kesehatan. Apa saja yang dilakukan oleh PT Unilever Indonesia dan Tanoto Fundation?
Nutrimenu Indonesia, Program Masak Lezat Sesuai Isi Piringku dari Unilever
Siapa yang senang mengonsumsi makanan enak? Tentu semua orang suka! Eits, jangan senang dulu. Apakah setiap makanan enak pasti mengandung gizi yang cukup? Belum tentu! Oleh karena itu, dalam rangka memberikan edukasi dan kebiasaan baik keluarga Indonesia dalam memasak dan mengonsumsi makanan
yang lezat dan bergizi seimbang sesuai panduan Kementerian Kesehatan “Isi
Piringku”, Unilever meluncurkan program Nutrimenu sejak tahun 2019 melalui salah satu brand-nya.
Sebagaimana yang djelaskan oleh AndriyaniWagiyanto, Head of Nutrition and Health PT Unilever Indonesia, dalam situs brand tersebut, ada 42 resep utama (olahan sayur-mayur dan protein hewani) dan 21 resep camilan yang dapat Mama praktikkan selama 21 hari guna mencukupi kebutuhan gizi seimbang. Penelitian Universitas IPB (2019) di Kabupaten Garut menunjukkan, program Nutrimenu telah meningkatan perilaku ibu secara
signifikan, dilihat dari aspek pengetahuan, sikap dan praktik memasak, dan
mengonsumsi makanan sesuai panduan Isi Piringku yang semakin membaik.
Selain Nutrimenu, PT Unilever Indonesia juga melakukan program lainnya terkait perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti: Sekolah dan Pesantren Sehat, Program Ibu & Balita dan Komunitas Sehat, Unilever Brightfuture, dan Bersih-bersih Masjid.
Desain Berbasis Masyarakat oleh Tanoto Foundation
Di lain pihak, Tanoto Foundation yang diwakili oleh Fransisca Wulandari (Grants Manager - Tanoto Foundation), menjelaskan. Tanoto melakukan kegiatan berbasis masyarakat di 6 kabupaten Indonesia, masing-masing 2 kabupaten yang mewakili wilayah barat, tengah, dan timur Indonesia. Mereka menemukan aneka malpraktik di masyarakat tentang gizi. Untuk mengatasi kesalahpahaman praktik dan pengetahuan tentang gizi, Tanoto Foundation melakukan pembahasan dengan para ahli. Hasil pembahasan ini dikembalikan ke masyarakat untuk dikembangkan dalam sebuah uji coba. Harapannya, tercipta pemahaman dan kebiasaan praktik tentang gizi seimbang di masyarakat.
Tidak ada komentar
Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan :)