Kehamilan dengan ICP

 Assalaamu'alaikum warohmatullohi wabarokaatuh.

Hahaay ternyata blog ini sudah idle selama dua tahun. Heheh. Dan kali ini kudatang membawa kabar gembira dengan kehamilan kedua. Hoho. Alhamdulillah, maasyaa Alloh tabarokalloh.

Yess, alhamdulillah setelah Riyadh berusia 8 tahun dan sunat, Alloh kasih kepercayaan kembali kepada gue untuk memiliki keturunan. Dibilang lama bener jaraknya, yaa memang gue ga mau jarak yang terlalu dekat. Maklum, kesabaran setipis tissue. Meski sebenarnya kehadiran #adikRiyadh sudah diharapkan sejak Riyadh berusia lima tahun, tapi tetap mari kita ucapkan ALHAMDU....LILLAAAH.

Kehamilan dengan ICP

Jadi, bagaimana pengalaman gue dikehamilan kedua ini? Alhamdulillah bisa dibilang hamil kebo seperti kehamilan pertama. Nggak ada keluhan berarti. Mual bega itu biasalah, ya di trimester pertama. Laper, tapi bingung mau makan apa. Bawaannya pengen tidur terus. Hormon progesteron (malas) bekerja dengan sangat baik memang di awal kehamilan gue yang sekarang, wkwkwkw. Tidur adalah kondisi paling enak, ga mikirin apa-apa. Hahaha. 

Nah, keluhan mulai terasa tidak nyaman di akhir bulan kedua. Biasanya semakin besar usia kehamilan, keluhan berkurang. Akan tetapi, keadaan justru sebaliknya di gue. Gue mengalami bega yang teramat sangat hingga nusuk ke ulu hati. Kalau sudah seperti ini, yang paling nyaman adalah tidur miring. Bangun tidur, bisa jadi bega hilang, tapi ga jarang juga masih terasa. Bersamaan dengan keluhan ini, sensitifitas hidung gue juga lebih peka. Kayak liat jajanan pasar banyak, jadi mual. Bau masakan warteg juga mual. Kata papapriyadh, muka gue stress capek lelah di kehamilan ini. Emang eya?

Tentu gue konsul dong keluhan ini di waktu kunjungan ketiga (awal bulan ketiga kehamilan). Dokter menganggap aneka keluhan ini adalah keluhan biasa. Beberapa hari kemudian, keluhan ini dibarengin dengan warna urin gue yang seperti coklat teh disertai gatel yang hebat. Sebelumnya emang gue ga tahan panas pas kehamilan kedua ini. Kalau udah kegerahan, cranky jadinya. Namun kal ini ditambah gatel pake banget. Maasyaa Alloh, badan gue kala itu hampir penuh dengan cakaran kuku akibat garukan sendiri.

Berkali-kali gue cerita ke #papapriyadh, dia hanya mengasumsikan efek obat jadi warna urin seperti itu. Ya udah, gue coba banyakin konsumsi air putih, tapi warna urin ga bayak berubah. Gue merasa tetap seperti ada yang gak beres di tubuh. Sekuning-kinungnya pipis gue ga pernah seperti ini dan bertahan berhari-hari. 

Seminggu pulang dari konsul dokter, tiga keluhan tadi ditambah dengan bola mata gue yang berwarna kuning. Panik nggak, panik nggak? Panik, lah gue! Langsung gue balik ke dokter kandungan di minggu depannya. Semacam momok banget kalau sampe kena penyakit kuning alias hepatitis gitu. Dari dokter kandungan, gue dirujuk ke dokter spesialis. Diagnosa sementara adalah hepatitis A karena gue sempat mengalami mencret dari maghrib hingga subuh dengan warna tinja hijau keabu-abuan. Alhamdulillahnya keluhan ini gak berpengaruh dengan janin gue. Selang dua minggu udah naik 150 gram dan kondisi janin lainnya dinilai baik.

Dari dokter spesialis penyakit dalam, langsung deh dilakukan pengecekan darah dan urin, juga USG abdominal. Berdasarkan USG, didiagnosa mildhidronefrosis, yakni kondisi saluran kemih yang menyebabkan pembengkakan ginjal karena urine tidak dapat mengalir dengan baik dari ginjal ke kandung kemih.

Dari hasil tes laboratori, bola mata gue yang berwarna kuning ini disebabkan oleh hepatitis A yang juga didominasi oleh intrahepatic cholestical of pregnancy (ICP). ICP adalah kelebihan bilirubin dalam darah akibat aktivitas hormonal pada ibu hamil. Kalau bilirubin tinggi, otomatis bikin gatal. Kalau kata dokter saat itu, bisa sampai minggu ke-24 dalam kasus gue. DUH, udah ngeri2 sedap nggak percaya diri ini.  

Jadi di pemeriksaan darah itu ada komponen bilirubin direct dan indirect. Nah, angkanya sama-sama melebihi batas nih di gue. Cuman yang paling tinggi adalah biliribin direct, sehingga dokter menyimpulkan kalau ada kondisi ICP pada kehamilan kedua gue ini yang turut didukung oleh tes Hep A yang reaktif. Itulah yang menyebabkan bola mata gue berwarna kuning.

Treatment Kehamilan dengan ICP

"Iya, dok. Saya nggak pede ketemu orang karena bola mata saya berwarna kuning", curhat gue.

"Nah, iya emang. Di situ yang bikin tidak nyaman", sambut dokter. 

Akhirnya, gue dikasih dua jenis obat: vitamin hati (heparmin) dan ..... dengan tetap mengonsumsi 3 vitamin lainnya terkait kandungan. Dengan dosis 2x sehari selama dua minggu, dokter meminta gue untuk cek fungsi hati lagi pasca pengobatan itu. Diceklah bilirubin indirect dan direct, SGPT SGOT. Alhamdulillaaaah turun drastis biliruinnya, baik direct juga indirect. Bilirubin indirect sudah kembali normal (Hep A gue sembuh), sedangkan bilirubin direct masih di angka 1.7 dari 3 koma sekian. Dari segi tanda fisik juga jauh berkurang, si. Badan gue udah nggak gatal, muka muali terlihat cerah tidak kusam.

Karena sudah turun drastis, dokter mengurangi dosis pengobatan menjadi 1x sehari selama dua minggu. Sebulan kemudian, baru dicek lagi fungsi hatinya. Menurut dokter, bilirubin direct lebih dari 2 sudah pasti membuat bola mata kuning. Jadi, gue disarankan untuk tidak boleh capek. Pernah bergadang beberapa hari, gue langsung lihat bola mata agak kuning :D Well, okay mari kita tidur malam di jam seperti biasa. 

Demikian update dari kehamilan kedua ini. Alhamdulillah sekarang menginjak minggu ke-16 versi hitungan gue. Kalau di dokter bisa minggu ke-18 (?) Mohon doa agar kehamilan ini menjadi pengalaman yang nyaman dan menyenangkan. Gue sehat, janin dalam rahim sehat, Riyadh juga papap senantiasa sehat selaluuu. Gue bisa melahirkan dengan normal (lagi) di usia cukup bulan dengan kondisi sehat, selamt, tidak cacat. AAMIIIIN.

Wassalaamu'alaikum.


Tidak ada komentar

Terima kasih sudah berkomentar dengan sopan :)